Sendu Hujan Malam Bandung

Saat ini Bandung sedang gerimis. Menambah nuansa sendu malam ini yang terasa sejak sore tadi. Hari ini teman sekamar saya, Aji,  pulang untuk mengurus berkas-berkas yang harus dikumpulkan setelah diterimanya dia di sebuah BUMN. Pasalnya, hari ini mungkin menjadi pertemuan terakhir kami. Setelah ini, kami tak tahu kapan akan dapat bertemu kembali. Saya berencana pulang dua hari lagi sementara di hari yang sama Aji baru akan berangkat ke Bandung insyaAllah. Kami akan tlisipan lagi nanti haha.

Sekarang saya merasa kesepian. Bukan kesepian karena teman saya pulang. Bukaaan. Saya cuma kepikiran setelah ini, saya harus berjuang sendirian. Saya sendiri heran, padahal biasanya saya terbiasa sendirian, menyiapkan ini-itu sendiri, bertualang ke sana-sini sendirian. Tapi kali ini, menghadapi dunia baru ini, jujur saya masih takut.

Ketika ide untuk pulang muncul, perasaan saya biasa saja mengetahui fakta bahwa saya akan meninggalkan kota ini. Namun sekarang, saya baru merasakan beratnya. Kenangan-kenangan bermunculan mengingatkan saya bahwa kota ini sudah sangat baik kepada saya.


Bandung menerima saya menjadikannya tempat pertama yang saya tinggali setelah Kediri. Saya bersyukur Tuhan memilihkan Bandung sebagai tempat belajar yang baru bagi saya. Tempat saya belajar menjadi dewasa. Bandung memberikan banyak pengalaman dan ilmu untuk saya.

Bandung yang katanya tanah sunda malah menjadi tempat saya belajar salah satu budaya jawa. Bandung mempertemukan saya dengan banyak orang, membuat kenangan. Bandung mempertemukan saya dengan berbagai macam watak manusia. Bandung yang menyadarkan saya bahwa saya terlalu polos dan bodoh.

Bandung juga menjadi saksi jatuh-bangun saya selama 5 tahun ke belakang. Bandung mengajari saya tentang kerja keras. Bandung menjadi tempat baru yang menyadarkan saya bahwa saya masih bodoh, masih cupu. Bandung pula saksi keruntuhan semangat saya di akhir-akhir masa kuliah saya yang sampai sekarang pun saya mencoba untuk overcome efeknya.

Bandung telah menjadi tempat dimana saya menjadi jauh lebih akrab dengan orang tua saya. Saya suka itu.

Bandung yang romantis mempertemukan saya dengan orang yang saya suka dan sangat kebetulan dia mempunyai tanggal lahir seperti yang saya imajinasikan sejak masa bocah. Bandung pula tempat kisah itu berlangsung, bertumbuh, dan bikin ngarep wkwk. Tapi sekaligus mengajari untuk sadar diri wkwk.

Dan sebentar lagi saya akan meninggalkan Bandung. Entah akan kembali lagi untuk menetap kembali atau tidak. Bandung, terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan