Teruntuk Bapak: Tentang Adik dan Hal Lainnya
Assalamu'alaikum, Bapak. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmatnya kepada kita semua.
Bapak, tiba-tiba di tengah waktu menuju tidur ini aku teringat padamu.
Sungguh waktu berjalan begitu cepat, Pak. Sudah hampir 3 tahun Bapak berpindah. Waktu itu, adik ada di semester terakhirnya di sekolah. Saat ini, rasanya seperti tiba-tiba, dia sudah di tahun terakhir di sekolah lagi, akan memasuki semester terakhirnya lagi. Persis seperti dulu.
Dulu saat Bapak pergi, dia masih bocah. Badannya masih kecil: kurus dan masih lebih tinggi aku. Suaranya masih cempreng. Sekarang badannya masih kurus, tapi dia sudah lebih tinggi dariku. Suaranya sudah membesar. Anak bungsumu sudah remaja, Pak. Dia sedang dalam masa awal menuju dewasa. Namun, sering aku melihatnya, menganggapnya, memperlakukannya seperti dia masih bocah. Lupa bahwa dia sudah remaja.
Dulu ketika melihat anak-anak lain menghabiskan waktu bersama bapaknya, sering aku berkata dalam hati, "Mereka mungkin orangtuanya masih lengkap. Mereka masih punya pembimbing yang utuh. Mereka punya pengawal lengkap dalam jalan mereka menuju dewasa. Mereka masih punya role model nyata dalam keseharian mereka. Lantas bagaimana dengan adikku?" Jika aku saja menjerit demikian dalam hati, apalagi adik yang mengalaminya sendiri?
Sudah sejak kelas 4 adik terbiasa tidak seperti teman-temannya. Mungkin teman-temannya sering diajak orang tuanya sekadar jalan-jalan melepaskan penat. Namun, di usia itu dia sudah harus membiasakan diri untuk tidak merasakannya. Dia harus membiasakan diri dengan segala keterbatasan yang ada, dengan segala keadaan yang ada. Anakmu hebat, Pak.
Insyaallah adik menjadi anak yang kuat, Pak.
Insyaallah adik akan menjadi anak yang beneh dan soleh. Anak yang barokah.
Cucumu yang saat ini satu-satunya, Bapak, sudah mulai bersekolah. Dulu setiap sore Bapak senang sekali mengajak dia jalan-jalan naik motor. Motor yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan fisik Bapak. Cepat sekali waktu berlalu kan?
Ibu dan mbak rasa-rasanya semakin menjadi wanita kuat. Terbiasa dengan apa-apa sendiri. Mereka tertular hobiku, Pak. Mereka jadi sering baca buku. Mungkin eman juga melihat begitu banyak buku di rumah hehehee.
Aku sendiri, Pak, banyak hal yang kulalui. Banyak jatuh bangun yang kualami dalam tiga tahun ini. Kurasa, aku secara tak sadar meng-overcome ketakutan dan masalah pribadiku masa kuliah dulu. Aku sudah banyak berubah, Pak. Menurutku kebanyakan perubahan yang positif.
Aku mulai memasuki masa dimana nikah adalah obrolan yang banyak digaungkan orang sekitar. Ah nantinya suamiku akan sama sepertimu, Pak. Tak berkesempatan bertemu fisik secara langsung dengan mertuanya. Tak apa. Memang sudah dibuat begitu kan.
Kami masih berjuang, Pak. Untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Untuk menjadi keluarga yang lebih baik lagi. Mohon restu dan doamu. Semoga Allah senantiasa membimbing kami. Bukan hanya jalan kami menuju tujuan, tapi sejak menentukan tujuan pun semoga Allah selalu membimbing kami. Sehingga kami selalu ada di jalan yang baik. Sehingga kami bisa menjadi salah satu jalan barokah bagi Bapak di sana.
Wassalaamu 'alaikum.
Comments
Post a Comment