Posts

Showing posts from November, 2017

Sendu Hujan Malam Bandung

Saat ini Bandung sedang gerimis. Menambah nuansa sendu malam ini yang terasa sejak sore tadi. Hari ini teman sekamar saya, Aji,  pulang untuk mengurus berkas-berkas yang harus dikumpulkan setelah diterimanya dia di sebuah BUMN. Pasalnya, hari ini mungkin menjadi pertemuan terakhir kami. Setelah ini, kami tak tahu kapan akan dapat bertemu kembali. Saya berencana pulang dua hari lagi sementara di hari yang sama Aji baru akan berangkat ke Bandung insyaAllah. Kami akan tlisipan lagi nanti haha.

Sekarang saya merasa kesepian. Bukan kesepian karena teman saya pulang. Bukaaan. Saya cuma kepikiran setelah ini, saya harus berjuang sendirian. Saya sendiri heran, padahal biasanya saya terbiasa sendirian, menyiapkan ini-itu sendiri, bertualang ke sana-sini sendirian. Tapi kali ini, menghadapi dunia baru ini, jujur saya masih takut.

Ketika ide untuk pulang muncul, perasaan saya biasa saja mengetahui fakta bahwa saya akan meninggalkan kota ini. Namun sekarang, saya baru merasakan beratnya. Kenangan-kenangan bermunculan mengingatkan saya bahwa kota ini sudah sangat baik kepada saya.


Bandung menerima saya menjadikannya tempat pertama yang saya tinggali setelah Kediri. Saya bersyukur Tuhan memilihkan Bandung sebagai tempat belajar yang baru bagi saya. Tempat saya belajar menjadi dewasa. Bandung memberikan banyak pengalaman dan ilmu untuk saya.

Bandung yang katanya tanah sunda malah menjadi tempat saya belajar salah satu budaya jawa. Bandung mempertemukan saya dengan banyak orang, membuat kenangan. Bandung mempertemukan saya dengan berbagai macam watak manusia. Bandung yang menyadarkan saya bahwa saya terlalu polos dan bodoh.

Bandung juga menjadi saksi jatuh-bangun saya selama 5 tahun ke belakang. Bandung mengajari saya tentang kerja keras. Bandung menjadi tempat baru yang menyadarkan saya bahwa saya masih bodoh, masih cupu. Bandung pula saksi keruntuhan semangat saya di akhir-akhir masa kuliah saya yang sampai sekarang pun saya mencoba untuk overcome efeknya.

Bandung telah menjadi tempat dimana saya menjadi jauh lebih akrab dengan orang tua saya. Saya suka itu.

Bandung yang romantis mempertemukan saya dengan orang yang saya suka dan sangat kebetulan dia mempunyai tanggal lahir seperti yang saya imajinasikan sejak masa bocah. Bandung pula tempat kisah itu berlangsung, bertumbuh, dan bikin ngarep wkwk. Tapi sekaligus mengajari untuk sadar diri wkwk.

Dan sebentar lagi saya akan meninggalkan Bandung. Entah akan kembali lagi untuk menetap kembali atau tidak. Bandung, terima kasih.

Taare Zameen Par

sumber : taarezameenpar.com

Title: Taare Zameen Par
Country : India
Year: 2007
Produced and Directed by: Aamir Khan

Barusan saya nonton lagi film Taare Zameen Par. Film ini berkisah tentang seorang anak SD yang mengalami dyslexia: bagaimana tingkah lakunya, kesulitan yang dialami, perlakuan keluarganya, dan bagaimana dia dapat meng-overcome kekurangannya tersebut. Dyslexia, berdasar pada apa yang saya tangkap dari film ini, merupakan sebuah 'penyakit' (sebenarnya inggrisnya disorder) dimana penderitanya tak dapat me-recognize huruf sehingga dia kesulitan membaca dan menulis. Tidak hanya itu, penderitanya juga bisa saja kesulitan untuk memproses dan mengkoordinasikan beberapa hal sekaligus, misal dia akan bingung dengan instruksi yang panjang, atau dia akan kesulitan mengkoordinasikan arah, kecepatan dan ketepatan saat bermain sepak bola.

Btw film ini keluar pada tahun 2007 dan ini bukan kali pertama saya menonton film ini. Pertama kali nonton, saya dibuat nangis sejadi-jadinya karena melihat tokoh utamanya, membuat saya ingat adik saya. Bukan karena adik saya menderita dyslexia, hanya terharu lebih dalam ketika membayangkan jika adik saya mengalami tekanan seperti itu meskipun dia tidak mempunyai dyslexia. Tekanan yang dialami oleh tokoh utama bukan hanya ekstrim terjadi pada penyandang disorder ini, semua orang punya kemungkinan mendapat pressure macam itu.

Setelah sekian kali menonton, kali ini saya menyadari bahwa film ini sangat bagus, lebih bagus dari ketika saya nonton sebelumnya. Lho kok bisa? Baru kali ini saya menyadari bahwa film ini menyajikan ilmu tentang parenting, tentang psikologi, dan tingkah laku anak.

Setelah belakangan ini saya membaca beberapa bacaan tentang pendidikan, saya kali ini menyadari sosok guru ideal digambarkan di film ini. Seorang guru yang dedikasinya tinggi. Seorang guru yang ikhlas. Seorang guru yang menjalankan tugasnya karena kebutuhan muridnya, karena dia ingin yang terbaik bagi muridnya. Guru yang seperti ini di dunia nyata, saya yakin banyak. Memang saya akui, sebuah kepuasan tersendiri ketika berhasil membantu orang yang kita coach, kita didik, kita bina, dapat meng-overcome masalahnya dan meraih prestasi yang baik.

Saya juga menemukan bagaimana film ini berusaha menyadarkan bahwa pendidikan dengan kekerasan fisik bukanlah hal yang baik. Bahwa guru perlu mengenal muridnya lebih dalam, mendekatinya, dan mengertinya sehingga kasih sayang ada diantara mereka dan penyelesaian masalah murid dapat dilakukan tanpa kekerasan. Mungkin di Indonesia, sudah jarang ditemui metode pendisiplinan anak dengan kekerasan fisik tapi itu mungkin di daerah yang sudah dikembangkan seperti di Pulau Jawa. Coba deh baca buku Indonesia Mengajar, akan ditemui kisah-kisah dari daerah di pelosok Indonesia yang ternyata di sana masih menerapkan metode kekerasan fisik untuk mendisiplinkan anak.

Home visit yang beberapa hari yang lalu saya baca merupakan metode yang baik untuk mengenal murid lebih dalam danmembuat lebih mengena bagaimana orang tua mengetahui kondisi anaknya, terutama di sekolah, pun dilakukan di film ini.

Yang tak kalah penting adalah usaha menyadarkan pemirsa bahwa setiap anak itu unik dan istimewa. Berusaha membantah pandangan sempit "anak yang pintar adalah yang jago eksakta." Rasanya saya jadi ingin mempertontonkan film ini kepada orang-orang di desa saya.

Film ini juga memberikan gambaran sedikit bagian dari metode penangangan masalah dyslexia.

Pesan-pesan implisitnya bagus banget deh ditambah lagi pemeran utamanya, si Ishaan, ganteng eh manis. Ditambah lagi, animasi di film ini unyu dan bagus. Begitulah komentar panjang saya setelah barusan nonton film ini. Selain kepada orang-orang di desa, saya juga pengen keluarga saya nonton film ini. Saya juga jadi pengen suami saya nanti manggil anak kami "Champ" di saat-saat tertentu.